ngarti dewek bae

Kamis, 09 Februari 2012

Terapi Kejut untuk Batu Ginjal Obati Pasien Impotensi


img
Mengejutkan penis dengan gelombang suara dapat membantu pasien disfungsi ereksi berat (impotensi) yang tidak merespons perawatan obat biasa. Padahal, terapi kejut menggunakan gelombang kejut extracorporeal ini biasanya digunakan untuk memecah batu ginjal.

Gelombang suara intensitas rendah telah diketahui dapat meningkatkan aliran darah ke jantung dengan merangsang pertumbuhan pembuluh darah. Para peneliti menduga bahwa gelombang tersebut mungkin dapat meningkatkan aliran darah ke penis.

Dalam suatu penelitian, peserta penelitian diberi terapi kejut extracorporeal dalam jumlah yang jauh kurang intens dibandingkan pada terapi batu ginjal. Usia rata-rata laki-laki dalam penelitian ini adalah 61 tahun. Peserta menjalani 12 terapi kejut selama sembilan minggu. Satu bulan setelah pengobatan terakhir, peserta mulai meminum obat disfungsi ereksi.

Hasil menunjukkan bahwa para pasien terus mengalami perbaikan hingga 2 bulan setelah perawatan dihentikan dan hampir 30 persen di antaranya mendapatkan kembali fungsi seksualnya tanpa perlu menggunakan obat-obatan. Terapi ini masih dianggap aman karena tidak ada pria yang melaporkan nyeri atau gangguan lain selama pengobatan.

Dalam artikel yang dipublikasikan dalam Journal of Sexual Medicine 18 Oktober 2011, peneliti melaporkan bahwa 8 orang laki-laki dapat mencapai fungsi seksual yang normal. Rata-rata, pasien mulai melihat manfaatnya setelah tiga minggu pengobatan.

"Bagi banyak pria, ini berarti perbedaan antara menjadi mampu dan tidak mampu melakukan penetrasi ke vagina," kata peneliti Ilan Gruenwald, direktur unit neuro-urologi di Rambam Medical Center di Haifa, Israel seperti dikutip livescience, Selasa (2/11/2011)

Temuan ini menyarankan bahwa terapi gelombang suara dapat digunakan untuk mengobati pasien disfungsi ereksi yang tidak merespons terapi konvensional. Meskipun demikian, penelitian ini masih dianggap kecil karena hanya melibatkan 29 orang pria dan hasilnya bisa saja disebabkan karena efek plasebo.

Para peneliti menyarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut untuk memvalidasi temuan ini. Beberapa ahli juga masih meragukan metode ini dan penerapannya dalam penanganan medis yang nyata.

sumber :http://www.detikhealth.com

Tidak ada komentar: